Setelah sekian lama gue sinis ama teori percintaan ala kehidupan modern. Akhirnya gue menjatuhkan pilihan hati gue sama seseorang (Cieeeee....). Sejujurnya gue adalah manusia yang males menjalankan hubungan. Gue beranggapan bahwa menjalankan hubungan adalah sesuatu yang merepotkan. Dimana kita harus inget tanggal jadian, tanggal pertama kali ketemu, dimana pertama kali ketemu, kapan ulang tahunnya, ngabarin tiap hari kaya surat kabar, nanya macem macem
"udah makan belum ?"
"udah minum belum ?"
"udah sunat belum ?"
Dan yang paling merepotkan dari segala aspek adalah... dimana kita harus meluangkan waktu satu sama lain untuk bertemu tanpa membicarakan sesuatu yang penting. Gue adalah manusia yang menjunjung tinggi prioritas ya, jadi kalo ada hal yang gak penting itu biasanya gua abaikan.
Tapi hal itu berubah ketika gue menemukan manusia yang satu ini.
Pertama kali gue ketemu sama manusia ini itu di kelas pertama di semester 2 perkuliahan. Gue gak dapet bangku di mata kuliah kedua, yang akhirnya memaksa gue untuk duduk disamping manusia ini. Gue kesel setengah mampus !! Bukan karena harus duduk sama orang yang belum gue kenal, tapi udah setengah jam duduk bareng gak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Matanya fokus ke papan tulis, gak nengok ke samping kiri kanan. Gue bete, dan gue memaksakan diri untuk memulai percakapan.
Gue : "Mas pindahan ya ?"
Doi : "Iya"
Gue : "Mas pindahan dari pagi ?" (Karena gue kuliah malem)
Doi : "Saya mutasi kampus."
Gue : "Oh, namanya siapa ?"
Doi : *sensor nyebut nama*
*Kemudian diem lagi*
Gila !! Gue dijadiin kayak wartawan, dan ketika ngejawab pertanyaan gue, matanya tetep ke papan tulis. Gue gak ditengok. Bayangin lu di posisi gue, lu ngajak kenalan, lu nanya, dan dia jawab dengan ogah ogahan. Itu sedih banget.
Tapi setelah kenal, gue akhirnya tau bahwa emang dia begitu ke semua orang. Tipikal manusia yang dingin banget, dan hampir gak pernah terbuka sama orang disekitarnya. Dan serius, gue gapunya masalah sama sifatnya itu. Justru bersyukur, karena orang yang cuek begitu biasanya setia. Kenapa ? Ngomong sama orang aja males, gimana pdkt ??
Doi punya banyak kekurangan, sama seperti gue. Sifat dan karakter kita itu, meskipun sama sama introvert, tapi masing masing dari kita punya kekurangan dan kelebihan yang saling melengkapi. Kayak contoh, doi pendiem banget... guenya berisik. Doi pemalu banget, guenya gatau malu. Doi orang yang melankolis, dan gue adalah orang yang gatau susah. Jadi mau susah kaya apa ya bawaannya bahagia aja gitu. Ya, pokoknya kita bertolak belakang lah, 180 derajat.
I love him so much, and i swear... Gue gak akan mencari yang lain lagi, ketika gue diharuskan pisah dari doi. Bukan karena gue cinta mati ama doi, bukan juga karena doi tampan, enggak. Tapi gue merasa doi adalah pelengkap hidup gue, dimana yang kurang dari gue itu semuanya di cover sama kelebihannya. Dan gua gatau akan ada lagi atau enggak yang melengkapi gue sedemikian sempurna.
Dan itu salah satu sistem punishment yang gue terapkan. Jadi gue selalu menghukum diri gue sendiri ketika melakukan sesuatu yang salah. Fungsinya ya untuk menghilangkan rasa penyesalan aja setelah melakukan kesalahan. Gue sering banget melakukan kesalahan. Bukan karena gue suka menghukum diri sendiri, bukan juga sengaja, tapi ya karena emang ceroboh aja. Tapi gue tetep nyesel, jadi gue bikin sistem hukum diri sendiri yang masih gue terapin sampe sekarang.